Alam semesta adalah misteri tanpa batas, yang selalu menampakkan kejutan-kejutan baru bagi manusia. Ini salah satunya: para astronom menemukan black hole atau lubang hitam paling besar dan paling terang yang pernah diketahui selama ini.
Monster black hole / Credit: Zhaoyu Li (Shanghai Astronomical Observatory) |
Sementara, ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia memperkirakan alam semesta berusia 13,8 miliar tahun.
Seperti dikutip dari liputan6.com, Para peneliti mengatakan, masih jadi misteri mengapa sebuah lubang hitam bisa tumbuh sebesar itu, dalam waktu relatif singkat setelah 'fajar' kemunculan alam semesta.
Lubang hitam tersebut diduga berada di di tengah atau pusat sebagian besar -- jika tak dapat dikatakan semua -- galaksi-galaksi.
Sebelumnya, black hole terbesar yang pernah ditemukan memiliki massa 10 miliar kali Matahari. Sebagai perbandingan, lubang hitam di tengah Galaksi Bima Sakti (Milky Way) -- yang dinamakan Sagittarius A* -- diperkirakan 'hanya' memiliki massa 4 juta hingga 5 juta kali Sang Surya.
Lubang hitam merupakan sebuah pemusatan massa yang cukup besar sehingga menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar. Bahkan, cahaya pun tak bisa lari dari kekuatan daya tariknya yang luar biasa.
Namun, tak seperti namanya, black hole seringkali adalah objek yang terang. Sebab, ia dikelilingi oleh fitur yang dikenal sebagai piringan akresi (accretion disks) yang terbentuk dari gas dan debu yang panas dan mengeluarkan cahaya seperti berputar-putar ke dalam lubang hitam.
Para astronom menduga, quasar -- objek paling terang di alam semesta -- mengandung black hole supermasif yang melepaskan cahaya dalam jumlah yang terlalu luar biasa untuk dibayangkan saat mereka muncul dan merobek bintang-bintang.
Sejauh ini para astronom baru menemukan 40 quasar. Yang masing-masing memiliki 1 black hole dengan ukuran sekitar 1 miliar kali massa Matahari.
Monster black hole yang baru ditemukan berjarak 12,8 miliar tahun cahaya dari Bumi. Lubang hitam supermasif yang secara teknis disebut SDSS J010013.02+280225.8 atau disingkat J0100+2802, tak hanya quasar paling massif yang pernah terlihat dari masa-masa awal pembentukan alam semesta, tapi juga paling terang.
Kilaunya sekitar 429 triliun kali Matahari. Bahkan 7 kali lebih bersinar daripada quasar yang paling jauh saat ini.
Lantas, apa manfaat dari temuan tersebut?
Sebelumnya diyakini, black hole atau lubang hitam dianggap memegang rahasia alam semesta hingga kunci perjalanan melintasi waktu? Ia juga punya reputasi horor: disebut-sebut sebagai 'pemicu kiamat'.
"Temuan tersebut sangat mengejutkan karena menghadirkan tantangan serius terhadap teori pertumbuhan black hole di masa-masa awal pembentukan alam semesta," kata penulis studi Xue-Bing Wu, astrofisikawan dari Peking University, Beijing, seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Kamis (26/2/2015).
Piringan akresi membatasi kecepatan pertumbuhan black hole modern. Pertama, saat gas dan debu dalam cakram mendekati lubang hitam, penumpukan tersebut memperlambat material lain yang tersedot ke dalamnya.
Kemudian, saat materi makin menumpuk, ia akan memanas, memancarkan radiasi yang membuat debu dan gas menjauh dari black hole.
Sejauh ini para ilmuwan belum punya teori memuaskan yang bisa menjelaskan mengapa objek supermasif bisa terbentuk di masa awal pembentukan alam semesta. "Yang membutuhkan cara khusus untuk memumbuhkan lubang hitam secara cepat, atau harus ada benih yang besar," kata Wu.
Peneliti menggarisbawahi bahwa cahaya dari black hole yang baru ditemukan bisa membantu memberikan petunjuk tentang sudut-sudut gelap dari kosmos yang jauh.
Seperti saat cahaya quasar bersinar menuju Bumi, melewati gas intergalaksi yang memberinya warna.
Dengan menyimpulkan bagaimana gas intergalaksi mempengaruhi spektrum cahaya dari quasar tersebut, para ilmuwan dapat menyimpulkan unsur-unsur yang membentuk gas itu.
Pengetahuan tersebut pada gilirannya dapat memberikan wawasan mengenai proses pembentukan bintang yang dimulai sesaat setelah peristiwa Dentuman Besar (Big Bang).
"Quasar tersebut adalah salah satu yang paling terang di alam semesta awal. Seperti mercusuar, ia akan memberikan kita kesempatan untuk menggunakannya sebagai alat untuk mempelajari struktur kosmik gelap, di belantara alam semesta," kata Wu.
Penjelasan rinci mengenai temuan tersebut dijelaskan para ilmuwan dalam jurnal ilmiah Nature edisi 266 Februari 2015.
0 komentar:
Post a Comment