Bau Nyale, cacing laut di Lombok Tengah menjadi teman bersantap dengan sambal goreng. |
Pagi ini, ratusan ribu masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) berkumpul di pantai Seger, Desa Kute, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, untuk mengikuti tradisi rutin tahunan yaitu "Bau Nyale" atau menangkap cacing laut.
Bau Nyale adalah tradisi turun temurun yang diadakan warga Lombok Tengah untuk mempertahankan nilai budaya suku Sasak Lombok yang telah ada sejak ratusan tahun silam. Pada tradisi ini warga suku Sasak berkumpul di pantai Seger, untuk menangkap nyale.
Dengan membawa peralatan sederhana untuk menangkap nyale seperti jaring dan ember, warga kemudian menunggu semalam suntuk di pantai Seger sambil meneunggu waktu yang tepat untuk menangkap nyale yaitu sekitar satu jam sebelum fajar.
Setelah waktu bau nyale tiba, sambil membawa jaring dan ember tersebut warga kemudian menuju ke laut Seger, sambil mencari nyale nyale yang ada di gulungan ombak. Nyale nyale tersebut nantinya akan dijadikan santapan.
"Biasanya saya masak, dan saya buat sambal goreng, tapi lebih enak kalau nyale ini dibuat pepes," ujar Hilmiah, warga Lombok Tengah, sambil mencari Nyale, Selasa (10/2/2015).
Tak hanya warga lokal saja yang datang menyaksikan atau ikut mengadakan tradisi ini. Warga luar daerah bahkan turis asing juga ikut meramaikan tradisi unik yang berlangsung sekali setahun ini.
Salah seorang pengunjung, Eka Husni misalnya, dia rela datang dari Bima hanya untuk melihat tradisi ini sekaligus ingin mengabadikan moment moment keramaian.
"Saya dengar dari tenman-teman ada tradisi unik menangkap cacing laut di Lombok Tengah, jadi saya nggak mau ketinggalan. Dan saya paksakan diri datang," ujar Eka, Seperti yang dikutip dari liputan6.com, Selasa (10/2/2015) pagi.
Bagi masyarakat setempat, Nyale atau cacing laut yang ditangkap tersebut diyakini sebagai jelmaan putri Mandalika. Putri mandalika dikenal putri tercantik seantaro Lombok saat itu. Karena kecantikannya itu beberapa orang pangeran dari kerajaan lain berniat mempersuntingnya.
Namun karena bingung harus memilih satu diantara banyak pangeran tersebut, akhirnya putri Mandalika memilih untuk menceburkan dirinya di laut Pantai Seger dari atas tebing. Konon, jasad putri Mandalika berubah menjadi Nyale yang berwarna warni.
Bau Nyale adalah tradisi turun temurun yang diadakan warga Lombok Tengah untuk mempertahankan nilai budaya suku Sasak Lombok yang telah ada sejak ratusan tahun silam. Pada tradisi ini warga suku Sasak berkumpul di pantai Seger, untuk menangkap nyale.
Dengan membawa peralatan sederhana untuk menangkap nyale seperti jaring dan ember, warga kemudian menunggu semalam suntuk di pantai Seger sambil meneunggu waktu yang tepat untuk menangkap nyale yaitu sekitar satu jam sebelum fajar.
Setelah waktu bau nyale tiba, sambil membawa jaring dan ember tersebut warga kemudian menuju ke laut Seger, sambil mencari nyale nyale yang ada di gulungan ombak. Nyale nyale tersebut nantinya akan dijadikan santapan.
"Biasanya saya masak, dan saya buat sambal goreng, tapi lebih enak kalau nyale ini dibuat pepes," ujar Hilmiah, warga Lombok Tengah, sambil mencari Nyale, Selasa (10/2/2015).
Tak hanya warga lokal saja yang datang menyaksikan atau ikut mengadakan tradisi ini. Warga luar daerah bahkan turis asing juga ikut meramaikan tradisi unik yang berlangsung sekali setahun ini.
Salah seorang pengunjung, Eka Husni misalnya, dia rela datang dari Bima hanya untuk melihat tradisi ini sekaligus ingin mengabadikan moment moment keramaian.
"Saya dengar dari tenman-teman ada tradisi unik menangkap cacing laut di Lombok Tengah, jadi saya nggak mau ketinggalan. Dan saya paksakan diri datang," ujar Eka, Seperti yang dikutip dari liputan6.com, Selasa (10/2/2015) pagi.
Bagi masyarakat setempat, Nyale atau cacing laut yang ditangkap tersebut diyakini sebagai jelmaan putri Mandalika. Putri mandalika dikenal putri tercantik seantaro Lombok saat itu. Karena kecantikannya itu beberapa orang pangeran dari kerajaan lain berniat mempersuntingnya.
Namun karena bingung harus memilih satu diantara banyak pangeran tersebut, akhirnya putri Mandalika memilih untuk menceburkan dirinya di laut Pantai Seger dari atas tebing. Konon, jasad putri Mandalika berubah menjadi Nyale yang berwarna warni.
0 komentar:
Post a Comment