Hari Buruh 'May Day' dirayakan setiap tanggal 1 Mei, dan mengapa 1 mei?
Bahkan di beberapa negara, termasuk Indonesia hari buruh ini adalah hari libur nasional,
sebagai dari usaha gerakan serikat buruh untuk merayakan keberhasilan
sosial dan ekonomi para buruh.
Sejarah Awal May Day
Di zaman Roma kuno, hari pertama
bulan Mei jatuh pada festival Floralia, dinamai demikian untuk
menghormati Flora, dewi musim semi dan bunga. Itulah waktu untuk
bernyanyi, menari, dan mengadakan parade bunga. Para pelacur Romawi
khususnya menikmati festival ini, karena mereka menganggap Flora sebagai
dewi pelindung mereka.
Pada waktu orang Romawi menaklukkan
negeri-negeri lain, mereka memperkenalkan kebiasaan mereka ini. Akan
tetapi, di negeri-negeri Keltika, orang Romawi mendapati bahwa hari
pertama bulan Mei telah dirayakan sebagai festival Beltane. Pada malam
sebelum tanggal satu Mei, semua api dipadamkan, dan ketika matahari
terbit, orang-orang menyalakan api unggun di puncak bukit-bukit atau di
bawah pohon-pohon keramat untuk menyambut kehidupan yang diperbarui.
Mereka membawa ternak ke padang rumput, dan memohon kepada dewa-dewi
untuk melindungi ternak itu. Tidak lama kemudian, Floralia menyatu
dengan Beltane dan menjadi festival May Day.
Bagi orang yang berbahasa Jerman dan
orang Skandinavia, Walpurga adalah festival yang mirip dengan Beltane.
Pesta pada Malam Walpurga dimulai dengan menyalakan api-api unggun untuk
mengusir tukang sihir dan roh jahat. Orang Eropa lainnya mengembangkan
variasi kebiasaan May Day mereka sendiri, banyak di antaranya masih dipraktekkan.
Gereja Susunan Kristen tidak berdaya menghadapi pesta kafir semacam itu. ”May Day —atau Beltane —adalah
hari paling serbaboleh dalam setahun, suatu festival yang tidak pernah
dapat sepenuhnya dikendalikan oleh gereja Kristen dan kalangan berwenang
lainnya,” kata surat kabar Guardian dari Inggris.
Kebiasaan dalam May Day
Pada Abad Pertengahan,
kebiasaan-kebiasaan baru telah ditambahkan ke dalam festival yang
kemudian menjadi hari libur favorit di Inggris. Kaum pria dan wanita
bermalam di hutan-hutan setempat guna mengumpulkan bunga dan tangkai pohon yang berbunga untuk ’menyambut bulan Mei’ pada saat matahari terbit.* Amoralitas merebak, menurut selebaran The Anatomy of Abuses karya Philip Stubbes, seorang kaum Puritan. Para partisipan mendirikan Maypole (tiang
berhiaskan untaian bunga) di tengah desa, dan hal ini menjadi pusat
acara tari dan permainan sepanjang hari itu. Stubbes menyebut tiang itu
sebagai ”berhala bau busuk ini”. Orang-orang memilih seorang ratu Mei
dan sering kali seorang raja Mei untuk memimpin pesta. Kebiasaan ini
juga umum di tempat-tempat lain di Eropa.
Apa makna penting dari kebiasaan May Day ini? Encyclopædia Britannica menjelaskan,
”Pada mulanya, ritus semacam itu dilakukan untuk memastikan kesuburan
tanaman, lalu diperluas untuk kesuburan ternak dan manusia, tetapi makna
penting ini dalam kebanyakan kasus lambat laun menghilang, dan
praktek-praktek ini tetap dilakukan sekadar sebagai perayaan populer.”
Pasang Surut
Para Reformis Protestan mencoba memberantas perayaan yang dianggap kafir ini. Pengikut Calvin di Skotlandia melarangkan May Day pada tahun 1555. Kemudian, Parlemen Inggris yang dikuasai kaum Puritan melarangkan Maypole pada
tahun 1644. Pada waktu Inggris tidak memiliki seorang raja selama
periode Negara Persemakmuran, ”praktek-praktek ketidaksenonohan” May Day dibatasi. Akan tetapi, monarki memulihkan Maypole pada tahun 1660.
Pesta-pesta Maypole lambat
laut merosot selama abad ke-18 dan awal abad ke-19 tetapi dihidupkan
kembali pada masa-masa belakangan dengan semangat yang lebih bermoral.
Banyak kebiasaan yang dianggap sebagai kebiasaan May Day tradisional, seperti anak-anak menari mengitari Maypole sambil
melilitkan pita-pita berwarna semarak, berasal dari masa-masa
belakangan ini. Akan tetapi, para pakar cerita rakyat yang meneliti
sejarah May Day kuno menemukan banyak asal usul kafir dalam perayaan itu.
Para imigran Eropa memperkenalkan kebiasaan May Day mereka ke negeri-negeri baru, dan sebagian keturunan mereka masih merayakan May Day dengan cara tradisional. Akan tetapi, di banyak negeri, May Day, atau hari Senin pertama setelah tanggal 1 Mei, dianggap hanya sebagai hari libur buruh.
Sejarah May Day Modern
Lahirnya May Day dari berbagai rangkaian
perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis atas
hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19
menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara
kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan
pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di
tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.
Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika
Serikat terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini
membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat
fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam
seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam
kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.
Ada dua orang yang dianggap telah
menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan
Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada
tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk
menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan
berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah
kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire menjadi
terkenal dengan sebutan “pengganggu ketenangan masyarakat”.
Pada tahun 1881, McGuire pindah ke St.
Louis, Missoury dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu.
Akhirnya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di
Chicago, dengan McGuire sebagai Sekretaris Umum dari “United Brotherhood
of Carpenters and Joiners of America”. Ide untuk mengorganisasikan
pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh
negara. McGuire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari
libur untuk Para pekerja di setiap Senin Pertama Bulan September di
antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur.
Pada tanggal 5 September 1882, parade
Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang
yang membawa spanduk bertuliskan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam
rekreasi. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam
menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini
menyebar dan semua negara bagian merayakannya.
Parade Hari Buruh Pertama di Dunia (sumber: blogspot.com) |
Parade Hari Buruh Pertama di Dunia (sumber: blogspot.com) |
Pada1887, Oregon menjadi negara bagian
pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover
Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu
pertama bulan September hari libur umum resmi nasional.
Kongres Internasional Pertama
diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai
elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah
tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya
(masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS:
Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja
Amerika Serikat, maka kongres merubah tuntutan ini menjadi landasan umum
kelas pekerja seluruh dunia.
Satu Mei ditetapkan sebagai hari
perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of
Organized Trades and Labour Unions, untuk selain memberikan momen
tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas
pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih
karena pada 1884 [Federation of Organized Trades and Labor Unions yang
terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872 menuntut delapan
jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.
Sumber: blogspot.com |
Peristiwa Haymarket
Sumber: blogspot.com |
Dalam jangka waktu dua minggu membesar
menjadi sekitar 350-an ribu buruh di Amerika Serikat (ada yang
menyebutnya 400.000-an buruh). Kota Chicago adalah jantung gerakan
diikuti oleh sekitar 90 ribu buruh. Di New York, demonstrasi yang sama
diikuti oleh sekitar 10 ribu buruh, di Detroit diikuti 11 ribu buruh.
Demonstrasi pun menjalar ke berbagai kota seperti Louisville dan di
Baltimore demonstrasi mempersatukan buruh berkulit putih dan hitam.
Sampai pada tanggal 1 Mei 1886, demonstrasi yang menjalar dari Maine ke
Texas, dan dari New Jersey ke Alabama diikuti oleh hampir setengah juta
(400-an ribu) buruh di negeri tersebut. Aksi ini berlangsung di bunderan
lapangan Haymarket. aksi ini jaga ditujukan sebagai bentuk protes
tindakan represif polisi terhadap buruh. Semula aksi ini berjalan dengan
damai.
Sumber: blogspot.com |
Perkembangan ini memancing reaksi yang juga besar dari kalangan
pengusaha dan pejabat pemerintahan setempat saat itu. Melalui Chicago’s
Commercial Club, dikeluarkan dana sekitar US$ 2.000 untuk membeli
peralatan senjata mesin guna menghadapi demonstrasi. Demonstrasi damai
menuntut pengurangan jam kerja itu pun berakhir dengan korban dan
kerusuhan. Sekitar 180 polisi menghadang demonstrasi dan memerintahkan
agar demonstran membubarkan diri.
Sumber: kaskus.com |
Kemudian, pada tanggal 4 Mei 1886, karena
cuaca buruk banyak partisipan aksi membubarkan diri dan kerumunan
tersisa sekitar ratusan orang. Pada saat itulah, 180 polisi datang dan
menyuruh pertemuan dibubarkan. Ketika pembicara terakhir hendak turun
mimbar, menuruti peringatan polisi tersebut, sebuah bom meledak di
barisan polisi. 1 orang terbunuh dan melukai 70 orang diantaranya.
Polisi menyikapi ledakan bom tersebut dengan membabi-buta menembaki
kerumunan pekerja yang berkumpul, sehingga 200 orang terluka, dan banyak
yang tewas. Para buruh yang meninggal dikenal sebagai martir.
Dengan tuduhan terlibat dalam pemboman
delapan orang aktivis buruh ditangkap dan dipenjarakan, sebagian dihukum
mati. Akibat dari tindakan ini, polisi menerapkan pelarangan terhadap
setiap demonstrasi buruh. Namun kaum buruh tidak begitu saja menyerah
dan pada tahun 1888 kembali melakukan aksi dengan tuntutan yang sama.
Selain itu, juga memutuskan untuk kembali melakukan demonstrasi pada 1
Mei 1890.
Sumber: blogspot.com |
Rangkaian demonstrasi yang terjadi pada saat itu, tidak hanya terjadi di
Amerika Serikat. Bahkan menurut Rosa Luxemburg (1894), demonstrasi
menuntut pengurangan jam kerja menjadi 8 jam perhari tersebut sebenarnya
diinsipirasikan oleh demonstrasi serupa yang terjadi sebelumnya di
Australia pada tahun 1856. Tuntutan pengurangan jam kerja juga singgah
di Eropa. Saat itu, gerakan buruh di Eropa tengah menguat. Tentu saja,
fenomena ini semakin mengentalkan kesatuan dalam gerakan buruh se-dunia
dalam satu perjuangan.
Penangkapan
Sumber: kaskus.com |
Pengadilan spektakuler kedelapan anarkis
tersebut adalah salah satu sejarah buram lembaga peradilan AS yang
sangat dipengaruhi kelas borjuis Chicago. Pada 21 Juni 1886, tanpa ada
bukti-bukti kuat yang dapat mengasosiasikan kedelapan anarkis dengan
insiden tersebut (dari kedelapan orang, hanya satu yang hadir. Dan Ia
berada di mimbar pembicara ketika insiden terjadi), pengadilan menjatuhi
hukuman mati kepada para tertuduh. Pada 11 November 1887, Albert
Parsons, August Spies, Adolf Fischer, dan George Engel dihukum gantung.
Louise Lingg menggantung dirinya di penjara.
Sekitar 250.000 orang berkerumun
mengiringi prosesi pemakaman Albert Parsons sambil mengekspresikan
kekecewaan terhadap praktik korup pengadilan AS.
Kampanye-kampanye untuk membebaskan mereka yang masih berada di dalam tahanan, terus berlangsung. Pada Juni 1893, Gubernur Altgeld, yang membebaskan sisa tahanan peristiwa Haymarket, mengeluarkan pernyataan bahwa, “mereka yang telah dibebaskan, bukanlah karena mereka telah diampuni, melainkan karena mereka sama sekali tidak bersalah.” Ia meneruskan klaim bahwa mereka yang telah dihukum gantung dan yang sekarang dibebaskan adalah korban dari ‘hakim-hakim serta para juri yang disuap.’ Tindakan ini mengakhiri karier politiknya.
Kampanye-kampanye untuk membebaskan mereka yang masih berada di dalam tahanan, terus berlangsung. Pada Juni 1893, Gubernur Altgeld, yang membebaskan sisa tahanan peristiwa Haymarket, mengeluarkan pernyataan bahwa, “mereka yang telah dibebaskan, bukanlah karena mereka telah diampuni, melainkan karena mereka sama sekali tidak bersalah.” Ia meneruskan klaim bahwa mereka yang telah dihukum gantung dan yang sekarang dibebaskan adalah korban dari ‘hakim-hakim serta para juri yang disuap.’ Tindakan ini mengakhiri karier politiknya.
Sumber: blogspot.com |
Bagi kaum revolusioner dan aktifis
gerakan pekerja saat itu, tragedi Haymarket bukanlah sekadar sebuah
drama perjuangan tuntunan ‘Delapan Jam Sehari’, tetapi sebuah harapan
untuk memerjuangkan dunia baru yang lebih baik.
Pada Kongres
Internasional Kedua di Paris, 1889, 1 Mei ditetapkan sebagai hari libur
pekerja. Penetapan untuk memperingati para martir Haymarket di mana
bendera merah menjadi simbol setiap tumpah darah kelas pekerja yang
berjuang demi hak-haknya.
Meskipun begitu, komitmen Internasional
Kedua kepada tradisi May Day diwarisi dengan semangat berbeda. Kaum
Sosial Demokrat Jerman, elemen yang cukup berpengaruh di Organisasi
Internasional Kedua, mengirim jutaan pekerja untuk mati di medan perang
demi ‘Negara dan Bangsa.’ Setelah dua Perang Dunia berlalu, May Day
hanya menjadi tradisi usang, di mana serikat buruh dan partai Kiri
memanfaatkan momentum tersebut demi kepentingan ideologis. Terutama di
era Stalinis, di mana banyak dari organisasi anarkis dan gerakan pekerja
radikal dibabat habis di bawah pemerintahan partai komunis. Hingga hari
ini, tradisi May Day telah direduksi menjadi sekadar ‘Hari Buruh’, dan
bukan lagi sebuah hari peringatan kelas pekerja atau proletar untuk
menghapuskan kelas dan kapitalisme.
Terdakwa
Delapan orang pemimpin buruh yang didakwa dan dijatuhi hukuman mati adalah :
August Spies, imigran berkebangsaan Jerman, tewas digantung.
Albert Parsons, warga A.S, tewas digantung.
Adolph Fischer, imigran berkebangsaan Jerman, tewas digantung
George Engel, imigran berkebangsaan Jerman, tewas digantung.
Louis Lingg, imigran berkebangsaan Jerman, bunuh diri dengan menggunakan dinamit saat berada di dalam penjara.
Michael Schwab, imigran
berkebangsaan Jerman, diberi keringanan hukuman dari hukuman mati
menjadi hukuman kurungan penjara seumur hidup, kemudian diampuni pada
tahun 1893.
Samuel Fielden, imigran
berkebangsaan Inggris, diberi keringanan hukuman ,dari hukuman mati
menjadi hukuman kurungan penjara seumur hidup, kemudian diampuni pada
tahun 1893.
Oscar Neebe, warga A.S. keturunan Jerman, dihukum 15 tahun penjara kemudian diampuni pada tahun 1893.
Kongres Sosialis Dunia, Peristiwa monumental yang menjadi puncak
dari persatuan gerakan buruh dunia adalah penyelenggaraan Kongres Buruh
Internasional pada bulan Juli 1889. Kongres Sosialis Dunia yang
diselenggarakan di Paris ini dihadiri ratusan delegasi dari berbagai
negeri menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh
sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi:
Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka.“Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Perancis.”
Sumber: blogspot.com |
Delapan jam/hari atau 40 jam/minggu (lima
hari kerja) telah ditetapkan menjadi standar perburuhan internasional
oleh ILO melalui Konvensi ILO no. 01 tahun 1919 dan Konvensi no. 47
tahun 1935. Khususnya untuk konvensi no. 47 tahun 1935, sampai saat ini,
baru 14 negara yang menandatangani konvensi tersebut. Ditetapkannya
konvensi tersebut merupakan suatu pengakuan internasional yang secara
tidak langsung merupakan buah dari perjuangan kaum buruh se-dunia untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak. Penetapan 8 jam kerja per hari sebagai
salah satu ketentuan pokok dalam hubungan industrial perburuhan adalah
penanda berakhirnya bentuk-bentuk kerja-paksa dan perbudakan yang
bersembunyi di balik hubungan industrial.
Masalahnya saat ini, semakin banyak buruh
yang terpaksa bekerja lebih dari 8 jam perhari. Hal ini disebabkan oleh
memburuknya krisis imperialisme yang menekan upah dan mempertinggi
biaya kebutuhan pokok untuk kehidupan.
source :