Kasus pembobolan rekening nasabah bank ternyata melibatkan jaringan internasional kejahatan siber (cyber crime). Hal ini mesti diwaspadai, para pelaku menggunakan berbagai istilah pertanian dan perikanan dalam menjalankan aksinya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Riko Usthavia Frans mengatakan bahwa istilah yang digunakan para pelaku kejahatan itu sudah dikenal sejak beberapa tahun lalu.
"Mereka itu menggunakan istilah industri perikanan dan pertanian. Misalnya ada istilah fishing ada juga istilah farming, ada juga watering hole," ujar Riko dalam seminar upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan dunia maya dalam sistem pembayaran, di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (28/4/2015).
Dikutip dari tribunnews.com, Riko Usthavia Frans menjelaskan satu per satu.
Istilah fishing atau memancing adalah metode kejahatan siber dengan memanfaatkan email.
Misalnya kata dia, si pelaku mengirimkan email secara acak kepada orang lain dan berharap email tersebut dibuka dan korbannya mengikuti instruksi yang ada di dalam email tersebut, bisanya berupa link website.
Pada link tersebut sudah terdapat virus yang sengaja ditanamkan.
Jadi saat korban membuka link itu, virus tersebut bisa masuk ke komputer korban dan mampu mengambil data penting saat si korban ingin maju ke proses transaksi internet banking.
Lalu, istilah yang kedua yaitu farming atau bertani.
Tak banyak yang ia jelaskan terkait metode yang satu ini.
Namun intinya, metode ini langsung menyerang server komputer.
Sementara itu istilah ketiga yaitu watering hole atau lubang pengairan.
Pada metode ini kata Riko, para pelaku kejahatan siber sengaja menanamkan virus di laman-laman populer.
Tujuannya, saat si korban membuka laman itu, virus bisa masuk ke dalam komputernya.
Virus itu pun mampu mengontrol semua gerak gerik aktivitas komputer, termasuk saat mencoba membuka internet banking.
"Watering hole jadi misal di-website pornografi, itu ditanam malware tadi. Sementara sinkronisasi token (yang ramai belakangan ini) itu masuk di metode yang ketiga ini.
Setelah pelaku mendapat user id dan password, lalu untuk ekplorasi dibutuhkan token," kata dia.
Oleh kerana itu, dia pun meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati saat membuka internet banking dan langsung melaporkan kepada bank apabila ada permintaan dalam komputer yang mencurigakan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Riko Usthavia Frans mengatakan bahwa istilah yang digunakan para pelaku kejahatan itu sudah dikenal sejak beberapa tahun lalu.
"Mereka itu menggunakan istilah industri perikanan dan pertanian. Misalnya ada istilah fishing ada juga istilah farming, ada juga watering hole," ujar Riko dalam seminar upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan dunia maya dalam sistem pembayaran, di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (28/4/2015).
Dikutip dari tribunnews.com, Riko Usthavia Frans menjelaskan satu per satu.
Istilah fishing atau memancing adalah metode kejahatan siber dengan memanfaatkan email.
Misalnya kata dia, si pelaku mengirimkan email secara acak kepada orang lain dan berharap email tersebut dibuka dan korbannya mengikuti instruksi yang ada di dalam email tersebut, bisanya berupa link website.
Pada link tersebut sudah terdapat virus yang sengaja ditanamkan.
Jadi saat korban membuka link itu, virus tersebut bisa masuk ke komputer korban dan mampu mengambil data penting saat si korban ingin maju ke proses transaksi internet banking.
Lalu, istilah yang kedua yaitu farming atau bertani.
Tak banyak yang ia jelaskan terkait metode yang satu ini.
Namun intinya, metode ini langsung menyerang server komputer.
Sementara itu istilah ketiga yaitu watering hole atau lubang pengairan.
Pada metode ini kata Riko, para pelaku kejahatan siber sengaja menanamkan virus di laman-laman populer.
Tujuannya, saat si korban membuka laman itu, virus bisa masuk ke dalam komputernya.
Virus itu pun mampu mengontrol semua gerak gerik aktivitas komputer, termasuk saat mencoba membuka internet banking.
"Watering hole jadi misal di-website pornografi, itu ditanam malware tadi. Sementara sinkronisasi token (yang ramai belakangan ini) itu masuk di metode yang ketiga ini.
Setelah pelaku mendapat user id dan password, lalu untuk ekplorasi dibutuhkan token," kata dia.
Oleh kerana itu, dia pun meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati saat membuka internet banking dan langsung melaporkan kepada bank apabila ada permintaan dalam komputer yang mencurigakan.
0 komentar:
Post a Comment