Boleh jadi Amerika bangga mempunyai NASA yang di pertengahan
Maret lalu mengirimkan pesawat tanpa awak untuk meneliti matahari.
Wajar, jika negara adidaya itu melakukan penelitian luar angkasa yang
terbilang ekstrem. Bagaimana dengan Indonesia? Tidak banyak orang yang
tahu jika ternyata Indonesia juga pernah meneliti hal yang serupa.
Ya, harus kita akui tingkat penelitian yang dilakukan NASA sudah
barang tentu berbeda dengan Indonesia. Jika NASA meneliti hubungan
magnit antara Bumi dan Matahari lebih jauh lagi, Indonesia melalui
LAPAN baru sekadar untuk keperluan prediksi cuaca antariksa.
Hal itu dijelaskan oleh Kepala Pusat Sains Antariksa LAPAN, Clara
Yono Yatini. Menurutnya, penelitian yang pernah dilakukan ini merupakan
riset yang terkait dengan cuaca antariksa. Melakukan penelitian tentang
matahari dan melihat bagaimana pengaruhnya terhadap bumi dan lingkungan
antariksanya.
"Pengaruh terhadap bumi misalnya untuk komunikasi radio dan
komunikasi satelit, terhadap medan magnet bumi. Dan bagaimana lingkungan
antariksa dipengaruhi oleh matahari dan kemudian mempengaruhi bumi,"
ujarnya seperti dilansir merdeka.com, (11/04).
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan bahwa penelitian yang telah
dilakukan lembaganya sudah mampu memperkirakan bagaimana kondisi cuaca
antariksa. "Kami sudah bisa memperkirakan kondisi cuaca antariksa dalam
24 jam ke depan. Baik itu aktivitas matahari, pengaruhnya terhadap
geomagnet, dan juga pengaruhnya terhadap ionosfer dan komunikasi radio
dan juga komunikasi dengan satelit," jelasnya.
Penelitian ini, kata dia, dilakukan bersama mitra internasional yang
notabene adalah institusi-institusi dari luar negeri. "Kami bekerjasama
dengan mitra internasional dalam beberapa penelitian lainnya juga,"
tutupnya
0 komentar:
Post a Comment