Dalam memperingati Isra Mi’raj biasanya kita akan mengingat kembali
perjalanan yang dilakukan Rasulullah SAW dari masjidil Haram ke masjidil
Aqsa kemudian naik ke Sidrat al Muntaha.
Interpretasi perjalanan ini bisa beragam. Ada yang menafsirkan ini
sebagai perjalanan simbolik ruhani Rasulullah untuk menembus
hijab-hijab/tirai-tirai kemanusiaan yang menutup selubung ketuhanan.
Ada pula yang menafsirkan sebagaimana perjalanan fisis biasa yang
dilakukan manusia dengan cara terbang melebihi kecepatan cahaya hingga
menembus aras langit sap tujuh yang terletak di atas sana.
dari Al Haram ke Al Aqsha |
Secara istilah, Isra berjalan di waktu malam hari, sedangkan
Miraj adalah alat (tangga) untuk naik. Isra mempunyai pengertian
perjalanan Nabi Muhammad saw pada waktu malam hari dari Malsjid Al Haram Mekkah ke Masjid Al Aqsha
Palestina. Miraj adalah kelanjutan perjalanan Nabi Muhammad saw dari
Masjid Al Aqsha ke langit sampai di Sidratul Muntaha dan langit
tertinggi tenpat Nabi Muhammad saw bertemu dengan Allah swt.
Isra’ Miraj
adalah kisah perjalanan Nabi Muhammad ke langit ke tujuh dalam waktu
semalam. Prosesi sejarah perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad termaktub
dalam QS. 17.Al-Isra’ :1 yang berbunyi
“Maha suci Allah yang menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. (QS. 17.Al-Isra’ :1)
Dan tentang mi’raj Allah menjelaskan dalam QS. An-Najm:13-18:
“Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm:13-18)
Rasulullah SAW melihat secara langsung.
Allah ingin memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya kepada
Rasulullah SAW. Pada Al Qur’an surat An Najm ayat 13 diatas, terdapat
kata “Yaro” dalam bahasa Arab yang artinya “menyaksikan langsung”.
Berbeda dengan kata “Syahida”, yang berarti menyaksikan tapi tidak musti
secara langsung. Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda
kebesaran-Nya itu secara langsung.
Mengenai pemahaman tentang Isra’ Mi’raj banyak kaum muslim yang masih memiliki perbedaan pandangan secara mendasar, yang terbagi dalam:
- Pemahaman dgn beranggapan peristiwa isra’ Mi’raj hanyalah sekedar perjalanan ruh, spiritual atau metaphor journey Nabi Muhammad SAW tidak dengan jasad fisik. Pemahaman ini berpegang kepada surah Al Quran :
“…Tidak lain mimpi yang Kami perlihatkan kepadamu adalah sebagai ujian bagi manusia…” (QS. 17 Al-Isra’ : 60)
- Sebaliknya ada yang berpendapat, bahwa isra’ dari Mekah ke Bait’l-Maqdis itu dengan jasad atau physical journey. Sedang mi’raj ke langit adalah dengan ruh atau metaphor journey.
- Pemahaman lain menyatakan bahwa Isra’ Mi’raj adalah perjalanan dengan jasad (fisik) dan dapat dijelaskan dalam ilmu yang dipahami manusia karena merupakan peristiwa nyata.
Pemahaman secara fisik (physical journey).
Isra`Mi`raj, sebagai sebuah peristiwa metafisika (gaib), barangkali
bukan sesuatu yang istimewa. Kebenarannya bukanlah sesuatu yang
luar biasa. Kebenaran metafisika adalah kebenaran naqliyah (: dogmatis)
yang tidak harus dibuktikan secara akal, namun lebih bersifat imani.
Valid tidaknya kebenaran peristiwa metafisika—secara akal, bukanlah soal
selagi ia diimani.
Didalam pemahan secara fisika banyak orang mempertanyakan
ke-shahih-an Isra` Mi`raj; “ apakah mungkin manusia melakukan
perjalanan sejauh itu hanya dalam waktu kurang dari semalam?” . Kaum
kafirpun telah menantang Rasulullah seperti diberitakan dalam Al Quran
dalam surat Al-Israa: 93.
“Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”
Dan didalam Hadith
“Ketika orang-orang Quraisy tak mempercayai saya (kata Nabi SAW), saya berdiri di Hijr (menjawab berbagai pertanyaan mereka). Lalu Allah menampakkan kepada saya Baitul Maqdis, saya dapatkan apa yang saya inginkan dan saya jelaskan kepada mereka tanda-tandanya, saya memperhatikannya….” (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).
dan banyak Hadith hadith lainnya.
Peristiwa perjalanan Isra’ Mi’raj dan teori relativitas.
Diantara keduanya terdapat faktor persamaan dan perbedaan didalam proses kejadian, persamaan kedua kisah antara lain:
- Keduanya membahas perihal perjalanan atau journey dari Bumi ke luar angkasa lalu kembali ke Bumi.
- Keduanya membahas penggunaan faktor “Speed” atau “kecepatan” tinggi didalam pemberitaannya
- Konsep mengenai perpisahan antara dua manusia (atau lebih) digunakan sebagai bahan pokok atau object pembahasan didalam kedua cerita.
Dalam Isra Miraj, Rasulullah meninggalkan kaumnya di bumi untuk
bepergian ke ke Majidil Aqsha lalu ke Langit ketujuh, dalam kasus teori
relativitas menceritakan tentang dua saudara kembar A dan B, dimana
saudara kembar B bepergian keluar angkasa.
Sampai disini dari hal hal tersebut diatas, kita sudah dapat
mengambil kesimpulan secara gamblang, bahwa peristiwa Isra Miraj adalah
benar. Bagaimana mungkin seorang manusia yang ummi 14 Abad yang
silam dapat membuat sebuah cerita atau teori yang dapat dibuktikan
didalam abad ke 20 dengan sedemikian detailnya. Dengan kata lain tidak
mungkin Rasulullah SAW mencontoh teori Albert Einstein yang lahir
sesudahnya (?).
Teori Relativitas.
Theori Relativitas membahas mengenai Struktur Ruang dan Waktu serta mengenai hal hal yang berhubungan dengan Gravitasi. Theori relativtas terdiri dari dua teori fisika, relativitas umum dan relativitas khusus. Theori relativitas khusus menggambarkan perilaku ruang dan waktu dari perspektif pengamat yang bergerak relatif terhadap satu sama lain, dan fenomena terkait. Artikel ini hanya dibahas theori relativitas khusus dan Efek yg disebut dilatasi waktu (dari bahasa Latin: dilatare “tersebar”, “delay”).
Einstein merumuskan teorinya dalam sebuah persamaan mathematik:
t’ = waktu benda yang bergerak
t = waktu benda yang diam
v = kecepatan benda
c = kecepatan cahaya
Diterangkan bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan
kecepatan cahaya, akan berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin
dekat nilai kecepatan suatu benda (v) dengan kecepatan cahaya (c),
semakin besar pula efek yang dialaminya (t`): perlambatan waktu. Hingga
ketika kecepatan benda menyamai kecepatan cahaya (v=c), benda itu pun
sampai pada satu keadaan nol. Demikian, namun jika kecepatan benda dapat
melampaui kecepatan cahaya (v>c), keadaan pun berubah. Efek yang
dialami bukan lagi perlambatan waktu, namun sebaliknya waktu menjadi
mundur (-t’).
Kisah perjalanan Si Kembar atau dilatasi waktu.
Twin Paradox adalah suatu theori hasil pemikiran (Gedankenexperiment
atau thought experiment) oleh Albert Einstein berbasis theori
relativitas khusus yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan para
pakar fisika. Theori tersebut secara keseluruhan menggambarkan kisah
perjalanan dua saudara kembar yang berpisah. Salah seorang dari saudara
kembar (A) tersebut tinggal di Bumi dan saudara kembar lainnya (si
traveler(B)) terbang keluar angkasa kesebuah planet di tata surya yang
jauh dengan kecepatan cahaya dan kembali kebumi dengan kecepatan yang
sama. Setelah mereka bertemu kembali dibumi mereka menemukan fakta bahwa
umur si kembar yang mengadakan perjalanan (si traveler) lebih muda
daripada umur saudaranya (A) yang tetap tinggal dibumi, disebabkan si
traveler mengalami phenomenon time dilation atau fenomena dilatasi
waktu dalam perjalanannya.
Time dilation (dilatasi waktu) adalah fenomena, dimana seorang Observer disatu titik melihat, bahwa jam dari orang yang bergerak dengan cepat menjadi lebih lambat (atau cepat), sebenarnya hal tersebut tergantung dari frame of reference dimana dia berada. Time dilation dapat di ketahui hanya apabila kecepatan mengarah kepada kecepatan cahaya dan sudah dibuktin secara akurat dengan unstable subatomic particle dan precise timing of atomic clocks.
Pembuktian teori relativitas.
Studi tentang sinar kosmis merupakan satu pembuktian teori ini.
Didapati bahwa di antara partikel-partikel yang dihasilkan dari
persingungan partikel-partikel sinar kosmis yang utama dengan inti-inti
atom Nitrogen dan Oksigen di lapisan Atmosfer atas, jauh ribuan meter di
atas permukaan bumi, yaitu partikel Mu Meson (Muon), itu dapat mencapai
permukaan bumi. Padahal partikel Muon ini mempunyai paruh waktu
(half-life) sebesar dua mikro detik yang artinya dalam dua perjuta
detik, setengah dari massa Muon tersebut akan meleleh menjadi elektron.
Dan dalam jangka waktu dua perjuta detik, satu partikel yang bergerak
dengan kecepatan cahaya (± 300.000 km/dt) sekalipun paling-paling hanya
dapat mencapai jarak 600 m. padahal jarak ketinggian Atmosfer di mana
Muon terbentuk, dari permukaan bumi, adalah 20.000 m yang mana dengan
kecepatan cahaya hanya dapat dicapai dalam jangka minimal 66
mikro-detik. Lalu, bagaimana Muon dapat melewati kemustahilan itu?
Ternyata, selama bergerak dengan kecepatannya yang tinggi—mendekati
kecepatan cahaya, partikel Muon mengalami efek sebagaimana diterangkan
teori Relativitas, yaitu perlambatan waktu.
Pembuktian selanjutnya terjadi pada tahun 1971, perbedaan waktu
(time dilation) di twin paradox theori tersebut telah dibuktikan melalui
“Hafele-Keating-Experiment” dengan menggunakan 2 buah jam yang
berketepatan tinggi (High precision Cesium Atom clocks) yang di set awal
pada waktu yang sama.
Experiment tersebut menghasilkan perbedaan waktu pada kedua jam tersebut, antara jam yang diletakkan di pesawat Intercontinental yang bergerak terbang kearah timur / barat dengan jam referensi yang diletakkan di U.S. Naval Observatory di Washington, waktu jam di pesawat berkurang/bertambah tergantung dari arah penerbangan.
Relativ terhadap jam di Naval Observatory, jam dipesawat berkurang waktu 59+/-10 nanoseconds dalam penerbangan ketimur, dan mengalami pertambahan waktu 273+/-7 nanosecond pada penerbangan ke barat. Hasil empiris tersebut membuktikan theori twin paradox dalam tingkatan jam macroskopik.
Dengan adanya pembuktian pembukatian tersebut, berarti Albert Einstein dengan teori relativitasnya secara langsung atau tidak langsung telah membuktikan bahwa kisah Al Quran tentang kisah “perjalanan Rasulullah SAW kelangit ketujuh dan kembali dalam satu malam” adalah benar. Terutama dalam segi dimensi WAKTU, dalam perhitungannya memungkinkan.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana dengan Nabi Isa AS, ummat Islam mempercayai bahwa Nabi Isa, yang diakui sebagai Yesus oleh penganut Kristen, memang tidak dibunuh oleh orang-orang yang mengejarnya ketika itu. Bahkan beliau belum wafat. Nabi Isa akan kembali diakhir jaman, Apakah Nabi Isa juga mengalami perjalanan dan dilatasi waktu serupa? Wallahu ‘alam bish shawwab.
Dengan adanya pembuktian pembukatian tersebut, berarti Albert Einstein dengan teori relativitasnya secara langsung atau tidak langsung telah membuktikan bahwa kisah Al Quran tentang kisah “perjalanan Rasulullah SAW kelangit ketujuh dan kembali dalam satu malam” adalah benar. Terutama dalam segi dimensi WAKTU, dalam perhitungannya memungkinkan.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana dengan Nabi Isa AS, ummat Islam mempercayai bahwa Nabi Isa, yang diakui sebagai Yesus oleh penganut Kristen, memang tidak dibunuh oleh orang-orang yang mengejarnya ketika itu. Bahkan beliau belum wafat. Nabi Isa akan kembali diakhir jaman, Apakah Nabi Isa juga mengalami perjalanan dan dilatasi waktu serupa? Wallahu ‘alam bish shawwab.
Applikasi Teori Relativitas.
Salah satu aplikasi teori tersebut adalah alat GPS – Global Postioning System
di Handphone anda merupakan applikasi hasil dari theory relativitas
umum dan relativitas khusus. Dalam hal ini jam satellite di orbit di
bandingkan dengan jam di darat sebagai faktor koreksi pengiriman signal.
Pengetahuan akan adanya dilatasi
waktu antar galaksi adalah suatu fenomena menarik bagi kaum muslimin.
Fenomena inipun banyak terjadi pada peristiwa sehari-hari dan bahkan
dipelajari oleh ilmuwan barat untuk mempelajari peristiwa di alam raya.
Dan mestinya bukanlah sesuatu yang dilarang atau berlebihan untuk lebih
memahami fenomena di alam. Untuk selanjutnya yang kita tunggu adalah
adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan untuk dapat mengungkapkan
desain dari black hole dan wormhole yang gabungan keduanya mirip bentuk
teratai (Sidrah atau Sidratul, dan bentuk otak pada tubuh manusia.
Sehingga semua ini mudah-mudahan dapat meningkatkan ketakwaan kita
dihadapan sang Pencipta.
'Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?’ (adz-Dzariyat: 20)
source : bambies.wordpress.com dan sumber lainnya
0 komentar:
Post a Comment